Tata Cara Berdoa


Tata-Cara-Berdoa
Assalamualaikum Sobat Ruang

Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi tentang masalah TATA CARA BERDOA. Doa dalam islam, sangat disukai dan dianjurkan. Hadis dan ayat-ayat tentang yang menganjuran DOA adalah banyak dan mashur. Salah satu Firman Allah dalam surat Al-Mukmin Ayat 60

" Tuhanmu telah berkata : Berdoalah kepada-KU, tentu KU kabulkan Doa mu......."

Menganai TATA CARA BERDOA ada beberaoa Dalil yang memberikan petunjuk. Imam Al-Qasim Al-Qusyairi Radhiyallahu'anhu :
Orang-orang yang berselisih pendapat mengeni yang lebih utama; Doa, Berdiam diri atau Ridha?
Ada yang berpendapat : Doa adalah ibadah berdasarkan hadits yang telah tertulis, karna Doa itu menunjukkan kebutuhan kepada Allah Ta'ala.
Segolongan Mengatakan : Diam dan Pasrah pada hukum yang berlaku adalah lebih sempurna dan ridha dengan yang telah ditakdirkan adalah lebih utama.
Segolongan lain mengatakan : Hendaklah seseorang berdoa dengan lisan dan ridha dengan hatinya agar melakukan dua hal itu bersama-sana.

Berkata Al-Qusyairi : Lebih baik dikatakan waktunya bermacam-macam
Dalam beberapa kesempatan, doa lebih baik daripada diam, dan itulah sopan santunnya. Juga dalam beberapa keadaan, Diam lebih baik daripada Doa dan itulah sopan santunnya. Penentapan itu hanya bisa diketahui dengan waktu.

Apabila dalam hatinya ada isyarat untuk berdoa, maka doa lebih utama. Apabila ia memperoleh isyarat untuk diam, maka diam lebih sempurna.

Al-Qusyairi juga berkata : Diantara syarat-syarat berdoa adalah makanannya halal.
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi Radhiyallahu'anhu berkata : Bagaimana Aku bisa berdoa kepada-MU, sedang aku seorang pendurhaka? dan Bagaimana aku tidak berdoa Kepada-MU sedang Engkau Maha Pemurah?

Dalam Ihya' Ulummuddin, Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa TATA CARA BERDOA ada  sepuluh.
  1. Mengutamakan waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah, Bulan Ramadhan, Hari Jumat, Waktu dini Hari, dan sepertiga terakhir dari malam

  2. Mengutamakan keadaan-keadaan yang mulia, seperti waktu sujud, pertemuan antara pasukan (dalam peperangan), turunnya hujan, saat ikamah shalat dan sesudahnya. Imam Nawawi menambahkan : Keadaan kelembutan hati

  3.  Menghadap kiblat, mengangkat tangan, dan mengusap wajah dengannya pada akhir doa.

  4. Menyedangkan suara

  5. Tidak memasukkan unsur sajak. Model ini telah disepakati sebagai pelanggaran dalam doa.

    Seorang ulama berkata : Berdoalah dengan kehinaan dan kebutuhan, bukan dengan lisan kefasihan dan kelancaran.
    Dikatakan : Para ulama dan para wali tidak melebihkan doa dari tujuh kata, dan itu telah disebutkan oleh Allah pada akhir surat Al-Bakarah :
    ".........Wahai tuhan kami, janganlah engkau menghukum kami..." hingga akhir hayat. Allah Subhanahu WaTa'ala tidak pernah meberitahukan dalam satu tempat tentang doa-doa hamba-NYA lebih banyak daripada itu.

    Dalam surat Ibrahim pada ayat 35, Dinyatakan :
    " Ketika Ibrahim berkata : Ya Tuahanku, jadikanlah negeri ini ( Makkah) Aman..." Hingga akhir ayat.

    Yang lebih Terpilih dan dipegangi sebagian besar Ulama adalah bahwasanya tidak ada pembatasan dalam hal itu dan tidak disalahkan tambahan di atas tujuh kata. Bahkan dianjurkan (disukai) memperbanyak dia.

  6. Kekhusyu'an dan Rasa Takut.
    Allah Subhanahu wa Ta'ala Berfirman :
    ".......Sesungguhnya mereka bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan berdoa kepada-NYA dengan penuh pengharapan dan rasa takut, sedang mereka tunduk kepada Kami." (QS. Al-Anbiya' :90)

    Dalam Surat Al-A'raf ayat 55, Allah memberikan petunjuk : " Berdoalah kepada Tuhanmu dengan kerendahan diri dan suara pelan...."

  7. Memastikan permintaannya dan meyakini pengabulannya.
    Dalil mengenai hal ini telah banyak dan mashur.

    Sufyan bin Uyainah Radhiyallahu'anhu berkata : Janganlah menghalangi doa seseorang di antara kamu sesuatu yang terdapat pada dirinya ( Berupa kekurangan) karena sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengabulkan permintaan mahluk terjahat, iblis, tatkala ia berkata :

    " Ia (Iblis) berkata : Berilah kesempatan padaku hingga hari mereka (Manusia) dibangkitkan. Allah berfirman : sesungguhnya engkau yang termasuk di beri kesempatan (Boleh menunggu)." ( QS. Al-A'raf : 14-15)

  8. Hendakalah tekun diwaktu berdoa dan mengulanginya tiga kali dan jangan menganggap lambat ijabah (pengabulannya)nya

  9. Memulai doa dengan menyebut nama Allah. Dan dengan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasalam sesudah menuji syukur kepada Allah Ta'ala dan mengakhirinya dengan itu pula.

  10. Yang terpenting dan pokok dikabulkannya doa, yakni taubat dan mengembalikan hak orang serta kembali kepada Allah Ta'ala.

    Al-Ghazali berkata : Bilamana dinyatakan : Apa faedahnya doa, sedangkan takdir tak dapat ditolak? Maka Ketahuilah, dengan doa, takdir yang buruk dapat ditolak. Jadi, dia adalah sebap penolakan bala dan timbulnya rahmat, sebagaimana perisai menangkis senjata dan air sebab keluarnya tumbuhan dari bumi. Maka, sebagaimana perisai bisa menolak panah sehingga saling bertambrakan, demikian pula doa dan bala bencana, bukanlah termasuk syarat takdir untuk tidak membawa senjata.
    Dalam surat An-Nisa' Ayat 102 Allah berfirman : ".......dan hendaklah mereka waspada dan membawa senjata-senjata mereka."
Demikian Tata Cara Berdoa, yang saya kutip dari Kitab Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi, semoga ada hal baik dan manfaat yang bisa kita ambil sebagai pembelajaran.

Sekian, Wassalamualaikum

Comments

  1. Pertama-tama pertamax ya gan...hehehe...

    nice post Kang Moerad :D nice nice nice... kita berdoa karena DIPERINTAHKAN ALLAH untuk berdoa, sebagai bentuk RASA TAAT kita maka kita berdoa. mau dikabulkan mau tidak, itu urusan Allah, Urusan kita TAAT-nya saja lah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. setujung kang....intinya pasrah dan berserah diri lah,,,semua dari nya, semua miliknya,,,kita mah taat aja lah

      Delete
  2. wa'alaykumussalaamuwarohmatullohi wa barokaatuh...

    sipz musti menyedangkan suara, untuk no 4. kalo teriak2 entar disangka maling :D | dan kalo tidak salah do'a mustajab itu adalah do'a yang tidak diketahui (secara sengaja) oleh orang lain, jadi ya kalo teriak2 nanti satu RT pada tahu, eh malah gk mustajab deh jadinya hehe. (kecuali do'a bareung2an mungkin)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Doa teriak-teriak mah doa orang lagi galau/stress

      Delete
  3. Do'a adalah senjata orang yang beriman... benar sekali!
    namun jika do'anya tumpul tak terkabul, ini tentu ada yang keliru dalam berdoanya... baik dalam tata cara maupun yang lebih utamanya, keadaan jiwa si pendoa.

    Hanya sekedar melengkapi, saya pernah membaca bahwa ada 10 hal yang menjadikan doa tak terkabul:
    1.Kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
    2.Kalian mengaku cinta Rasulullah SAW tetapi meninggalkan sunnahnya.
    3.Kalian membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya.
    4.Kalian memakan nikmat-nikmat Allah SWT tetapi tidak pernah pandai mensyukurinya.
    5.Kalian mengatakan bahwa syaithan itu adalah musuh kalian tetapi senang mendengar mengikuti bisikannya.
    6.Kalian katakan bahwa surga itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya.
    7.Kalian katakan bahwa neraka itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak mau lari darinya.
    8.Kalian katakan bahwa kematian itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah menyiapkan diri untuknya.
    9.Kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain tetapi lupa dengan aib sendiri.
    10.Kalian kubur orang-orang yang meninggal dunia di kalangan kalian tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari mereka". (Mi’ah Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundi, Juz.II, hal.94).

    wah.. komennya kepanjangan... maaf. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah....
      saya berterima kasih sangat untuk tambahan ini ya Liyan.....insyaAllah nanti saya taruh dipostingan di atas....

      Delete
  4. doa itu wajib karena ada perintahnya..gimana gan??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

10 Cara Efektif Mencegah Tawuran antar Pelajar

Download Terjemahan Kitab Al-Hikam

Kisah Mengharukan Sayyidina Umar bin Khattab ra.