Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya Agama Lain
Assalamualaikum Sobat
Sekedar menyegarkan ingatan kita kembali, pada kesempatan ini, Pojok Motivasi akan share tentang Hukum Mengucapkan Selamat Hari Raya untuk Agama Lain.
Ada sebagian dari kita, umat islam, yang mungkin karna tidak telalu tahu hukum Memberikan Ucapan selamat Hari Raya Untuk Agama Lain, sehingga karna alasan toleransi beragama, atau sering karna alasan membalas kebaikan sahabat atau kerabat dari agama lain yang sebelumnya pernah memberikan ucapan selamat untuk kita, secara tidak sadar kita memberikan Ucapan selamat juga untuk Perayaan hari besar agama mereka.
"Toleransi itu bukan sok ikut-ikutan, tapi apa yang mereka lakukan, Biarkan saja!"
Begitulah ungkapan dari Ustad. Felix Siauw dalam menterjemahkan kata Toleransi antar umat beragama. Berikut adalah pernyataan singkat dari sang Ustad.
Cerita-cerita yuk :) | termasuk hal yang buat saya deg-degan 10 tahun lalu | saat baru masuk Islam adalah saat kaji hukum ucap selamat natal, karena natal sejatinya perayaan lahirnya Yesus, yang Nasrani akui sebagai Tuhan | yang jelas kita tidak akuinya | Yesus Nabi bukan Tuhan, karenanya perayaan natal itu bagian aqidah (keyakinan dasar) Nasrani | yaitu merayakan hari lahir Tuhan Yesus, begitulah adanya
Belum lagi mention perayaan 25/12 setiap tahunnya yang terkelindan
dengan budaya pagan | lengkapnya cek felixsiauw.com/home/toleransi…
Nah | memang berat sekali pada awal saya Muslim | harus "menyakiti" hati orangtua dengan tidak mengucapkan "selamat natal", deg-degan, campur perasaan sungkan, nggak enak, nggak nyaman, rikuh, bimbang | pilih perasaan nggak enak atau pilih ketentuan syar'i? Fikiran yang memantapkan saya "saya ingin kedua orangtua saya Muslim satu saat nanti, karenanya saya ingin tampilkan Islam apa adanya"
Diluar dugaan | ayah saya -semoga Allah menunjukinya- memahami saat saya sampaikan | "toleransi Islam adalah biarkan papi-mami natalan", saya sampaikan | "toleransi Islam adalah membiarkan papi-mami natalan, tapi felix nggak bisa ucapkan natal, karena beda yang diyakini"
Saya lanjutkan | "posisi Yesus (Isa) dalam Islam sangat terhormat, disebut dalam ayat yang dimuliakan, tapi dia Nabi bukan Tuhan"
Kembali saya lanjutkan | "dan Yesus (Isa) Nabi yang felix pahami dalam Islam tidak lahir pada 25/12 kelahirannya bukan sebagai Tuhan"
Alhamdulillah, ayah saya memahami | silaturahim tetap terjaga | semua ketakutan ternyata hanya "unreasonable fear"
Terkadang kita takut dan khawatir berlebihan | padahal orang Nasrani juga bisa memahami kok | ini urusan akidah, mesti tegas :)
Takut merusak hubungan antarmanusia (yang belum tentu rusak) | tapi nggak takut merusak akidah kita (hubungan dengan Allah) | aneh ya?
Saya juga manfaatkan hari libur berkunjung ke ortu | tanggal 26 atau 27nya biasanya | silaturahim jalan, akidah jalan hehe.. nggak masalah
Nah | memang berat sekali pada awal saya Muslim | harus "menyakiti" hati orangtua dengan tidak mengucapkan "selamat natal", deg-degan, campur perasaan sungkan, nggak enak, nggak nyaman, rikuh, bimbang | pilih perasaan nggak enak atau pilih ketentuan syar'i? Fikiran yang memantapkan saya "saya ingin kedua orangtua saya Muslim satu saat nanti, karenanya saya ingin tampilkan Islam apa adanya"
Diluar dugaan | ayah saya -semoga Allah menunjukinya- memahami saat saya sampaikan | "toleransi Islam adalah biarkan papi-mami natalan", saya sampaikan | "toleransi Islam adalah membiarkan papi-mami natalan, tapi felix nggak bisa ucapkan natal, karena beda yang diyakini"
Saya lanjutkan | "posisi Yesus (Isa) dalam Islam sangat terhormat, disebut dalam ayat yang dimuliakan, tapi dia Nabi bukan Tuhan"
Kembali saya lanjutkan | "dan Yesus (Isa) Nabi yang felix pahami dalam Islam tidak lahir pada 25/12 kelahirannya bukan sebagai Tuhan"
Alhamdulillah, ayah saya memahami | silaturahim tetap terjaga | semua ketakutan ternyata hanya "unreasonable fear"
Terkadang kita takut dan khawatir berlebihan | padahal orang Nasrani juga bisa memahami kok | ini urusan akidah, mesti tegas :)
Takut merusak hubungan antarmanusia (yang belum tentu rusak) | tapi nggak takut merusak akidah kita (hubungan dengan Allah) | aneh ya?
Saya juga manfaatkan hari libur berkunjung ke ortu | tanggal 26 atau 27nya biasanya | silaturahim jalan, akidah jalan hehe.. nggak masalah
Ketegasan kita dalam Islam justru dihargai | prinsip Islam yang kita pegang justru membuat kita dihormati, ayah-ibu saya maklum | bila ada banyak hal yang mereka tak mau ikuti saya, ada juga hal yang saya tak ikut mereka. Awalnya saja susah untuk katakan yang benar | setelahnya hati plong | tenang dan kalem hehe..
Kadang-kadang kita yang lebay, anggep temen-temen kita yang Nasrani bakal anggap kita intolerate | mereka paham kok, mereka ok-ok aja tuh :) Lakum diinukum wa liya diin | urusan agama mereka untuk mereka, urusan agama kita masih banyak, itu dulu aja yang diperhatikan :D
Firman Allah
"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku" (QS 5:44) | biarlah ayat ini menjadi perenungan kita :)
end.......
Demikian tadi sekilah pandangan dari Ustad. Felix yang kebetulan adalah mantan pemeluk agama Nasrani. Dan seperti pesan beliau, semoga kita lebih mementingkan akidah kita, dan takut kepada Allah, daripada sekedar memperjuangkan toleransi kebablasan yang ternyata diharamkan.
Sekian Wassalamualaikum.
yah, gw yang bkerja dlingkungan yg sbgian teman kerjax non muslim.. memang sdikit sungkan utk tidak mngucapkan selamat hri raya mreka ( tman2 non muslim).. Thanks, ini bgus bget buat gw, sbgai benteng ktegasan.. hehehe... ^^"
ReplyDeletealhamdulillah.....
Delete:2thumbup
ReplyDeletewah, jadi teringat tausyiahnya ibu irene.. mantan biarawati yang telah memeluk Islam, *alhamdulillah...
ReplyDeletekalau soal aqidah memang mesti tegas ya!
_lakum diinukum waliyadiin...
bener tuch Neng Zeal :2thumbup
Deletemaaf kl sebelumnya salah,
ReplyDeletekl kita kaum muslim tdk blh memberikan selamat pd perayaan agama lain
terus bagaimana hukum hari libur pada setiap hari besar agama2
apakah itu tidak sama saja?
Kalo menurut pendapat ane Begini Brow Risky
ReplyDeleteKalo kita memberikan ucapan selamat, kita menyertia dengan ikrar pernyataan atau "UCAPAN" yang seolah olah kita ikut menyetujui apa maksud dari perayaan upaca agama lain tersebut, dan tentunya dengan berucap demikian, takut akidah kita yang akan rusak....parah kalo yang ini Brow risky.
Nah mengenai ikut libur bersama, Disanalah batas toleransi kita dengan agama lain, tentunya libur bukan untuk ikut merayakan, atau mengartikan libur tersebut adalah salah satu bentuk persetujuan/pembenaran terhadap upacara agama lain tersebut..tapi semata-mata bentuk toleransi sewajarnya terhadap mereka, dan juga ini merupakan peraturan pemerintah dinegara ini.
wallahu'alam
kalo belum puas dengan jawaban ini, silahkan tanyakan pada ustad atau tuan guru yang Brow riski anggap kompeten dalam hal ini.
Stuju pokoke 100 % makasih min...
ReplyDelete