Sejarah Tauhid Di Tanah Air


Mengapa ilmu tauhid ini asing bagi kita muslim modern sekarang ini?

Tempo hari dulu saya mendengar dari Abah Siradj kisah yang disampaikan dari orang-orang tua dulu. Rupanya ini bermula dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan kolonial Belanda. Sejak perjuangan rakyat Banten, Jawa Barat yang dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1683) yang dibantu oleh Syaikh Yusuf (seorang arif billah kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, pahlawan nasional di dua negara: Indonesia dan Afrika Selatan), juga pada Perang Padri (1803-1821) yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, bersambung dengan perjuangan Pangeran Dipenogoro (1825-1830) di Jawa Tengah.

Rupanya nama-nama besar ini adalah para muwahid; orang-orang tauhid. Para gubernur Belanda kebingungan dan merasa aneh terhadap para pejuang yang mereka perangi. Cukup dengan kalimah tauhid "Laa ilaaha Ilallah" dan "Allaahu Akbar" pasukan pejuang yang notabene petani dan nelayan itu berubah menjadi pasukan berani mati dan... ini agak sulit diterima para skeptis.. mereka rata-rata kebal peluru! Jangan kaget kalau ilmu dan amal tauhid hakiki inilah yang dipakai pasukan Imam Mahdi ketika berhadapan dengan Dajjal dan balatentara laknatullahnya yang serba bisa "karamah palsu ini-itu".

Pemerintah belanda akhirnya melarang setiap bentuk kegiatan kajian-kajian Tauhid saat itu, menangkap dan mengasingkan para ulama-ulamanya. Mau tidak mau, kegiatan kajian Tauhid dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, guna menghindari mata-mata belanda.
Mungkin karna itulah, Sekarang ini, para ulama dan tuan guru yang mengajarkan Tauhid saat ini terkesan sembunyi-sembunyi (walaupun saya yakin bukan bermaksud menyembunyikan kebenaran) karna kebiasaan yang diturunkan oleh guru tauhid sejak jaman belanda dulu.
Wallahu'alam...
Demikian Sejarah singkat tauhid di tanah air, semoga bermanfaat, sumber : www.pusakamadinah.org

Comments

Popular posts from this blog

10 Cara Efektif Mencegah Tawuran antar Pelajar

Download Terjemahan Kitab Al-Hikam

Kisah Mengharukan Sayyidina Umar bin Khattab ra.