Dari Sebuah Percakapan-Muslim Harus Baca!!!
Saya mengambil percakapan yang mengarah ke topik saja, tidak saya lebihkan dan tidak saya kurangi, saya memang tidak sempat meminta izin pada pemilik acount, tapi insyaallah ini adalah kebaikan untuk kita bersama dan saya rasa tidak melanggar etika.
(Ilustrasi N=penanya ; A=menjawab.) Berikut percakapannya :
N : Assalamualaikum... Pak, ada yg ingin saya tanyakan tentang ma'rifatullah. Kebetulan tdi saya mendengar khutbah jumat di masjid dekat rumah. Meskipun kita ibadah 300 thun kalau kita tidak kenal Allah ibadah kita nilai nya 0 karena kita beribadah mengharap pahala, bukan karena Allah. Dan saya juga ingat pembahasan bapak di kelas B.Indo sekitar 6 bulan yg lalu tentang mengenal allah. Menurut bapak bagaimana cara ibadah yg benar2 karna Allah.
A : Mengenai cara ibadah yang benar-benar karena Allah itu.. insyaAllah salah satu caranya spt ini.
- MENGINGAT ALLAH Secara syariat, induk segala ibadah itu zikrullah. (zikr dalam bahasa Arab artinya mengingat, bukan mengucap) Jadi, zikrullah itu mengingat Allah.
- MENGINGAT ALLAH DALAM SALAT Kalau sudah memahami prinsip zikrullah di atas, barulah kita beranjak ke salat.
dan zikrulah tertinggi itu adalah salat karena salatlah yang dihisab terlebih dulu di mizan kelak.
Nah, sebelum langsung ke zikir tertinggi, yaitu salat, wajib setiap muslim terlebih daulu mengenal Allah dan mengetahui bahwa mengingat Allah itu berbeda keadaannya dengan mengingat makhluk.
Kalau Nurhasanah, ingat seseorang..biasanya kan ingat wajahnya, cara bicaranya, dll. Nah, kalau mengingat Allah, apa-Nya yang diingat?
Berikut ini bimbingan tauhid dalam hal mengenal Allah.
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Q.S. Asy-Syura:11)
Jadi, Allah itu laysa kamitslihi syaiun = tidak sama dengan segala sesuatu (ciptaan).
yang disebut "sesuatu" itu:
- berupa cahaya;
- berbentuk,
- berbau,
- berwarna,
- menempati ruang, ada di atas, bawah, samping, naik-turun, dll.
Tuhan, tidak berupa seperti di atas itu. Tuhan itu laysa kamitslihi syaiun.
Jadi, apapun yang selama ini terpandang, terbayang, terpikir, terasa oleh kita, yang kita anggap semua itu mewakili Allah, itu semua bukan Allah.
Mengingat dan memikirkan segala sesuatu (*ciptaan Allah berupa ayat-ayat kauniyah dan qauliyah) dengan menggunakan pikiran dan perasaan.
Jadi kalau mau mengingat Allah yang tidak sama dengan segala sesuatu bagaimana? DIAMKAN PIKIRAN DAN PERASAAN.
*) Simpelnya: "Pause" pikiran dan perasaan kita.
**) seperti ngelamun, tapi disengaja.
kalau ngelamun 'kan kita kebawa sama pikiran dan perasaan..melayang ke mana-mana.. nah, kalau ngelamun disengaja itu: mendiamkan pikiran dan perasaan kita supaya diam di tempat.
***) mendiamkan pikiran dan perasaan, berbeda dengan mengosongkan pikiran dan perasaan.. kalau mengosong-kosongkan pikiran dan perasaan..sama dengan melawan kehendak Allah bahwa pada kita itu ada pikiran dan ada perasaan. tugas kita hanya mendiamkannya, bukan menghilangkannya.
TIDAK ADA YANG DIPIKIRKAN DAN TIDAK ADA YANG DIRASA-RASA, ITULAH KITA SEDANG ZIKRULLAH, BERKHIDMAT, MENGINGAT, DAN MENGHADAP TUHAN SEKALIAN ALAM.
Ada hadis qudsy, bunyinya sekira begini
"Jangan kausembah Af`al-Ku, Asma-Ku, Sifat-Ku, dan Zat-Ku, sembahlah AKU."
Jadi kalau ada orang salat membayangkan Allah berupa cahaya-cahaya, atau berbentuk ini itu. dia syirik.
Jadi kalau ada orang salat pas takbir membayangkan "alif-lam-lam-ha"
dia menyembah, huruf.
Jadi kalau ada orang salat memfokuskan diri ke makna bacaan salat, dia berzikir kepada bacaan, bukan kepada Yang Mempunyai Bacaan.
"Man abdal Asma: faqad kafar; Man abdal Ma'na munafiqun"
Siapa menyembah Nama, kafir; Siapa menyembah makna; munafik.
Lebih lanjut, silakan buka uraian di tautan di bawah ini. Kalau ada yang masih belum paham, jangan sungkan bertanya lagi. Kita upayakan diskusi ini tidak sia-sia. Musti bisa sampai mempraktikkannya sebab ini urusan keselamatan dunia-akhirat. oke? http://www.pusakamadinah.org/2011/10/tips-salat-khusyuk-tauhidi-satu-di.html
kata kuncinya: mengingat Allah berbeda caranya dengan mengingat makhluk
A : (Dia bilang nonton bola itu salah satu ibadah. Yg jadi permasalahannya adalah dia bilang hanya dg mengingat Allah saat nonton bola itu sudah di katakan mengerjakan salat. Terus terang saja. Saya kaget... Tapi wajar saja karena yg ngomong juga dalam salatnya bolong2. *dari yg saya lihat. }
=============================
kita analisis sedetailnya ya, agar kita tidak mudah tertipu oleh manusia-manusia besar omong ahli bual:D
{dia bilang hanya dg mengingat Allah saat nonton bola itu sudah di katakan mengerjakan salat.}
-- Kalau dia nonton bola itu sambil zikir wiridan, artinya dia kerja setengah2, setengah wirid, setengah nonton. bagus tidur aja kalo gitu mah
-- Kalau dia nonton bola sambil mengingat-ingat kebesaran Allah menciptakan dan menjadikan permainan bola beserta pemain2 hebat yang menghibur..itu artinya dia sedang
memikirkan kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya (Af`al-Nya) dan atau ke Sifat-Nya.
Menzikirkan Af`al (Perbuatan) dan Sifat Allah juga masih tergolong "belum sampai" sebab ada hadis yang dicantumkan di atas tadi:
"Jangan kausembah Af`al-Ku, Asma-Ku, Sifat-Ku, dan Zat-Ku, sembahlah AKU."
Sampai di titik ini, dia belum bisa disebut salat. Kalau hanya seperti ini, katakan saja dia pembual.
-- Kalau dia nonton bola itu dengan diam-hakiki atau tafakur hakiki, alias menonton sambil mendiamkam pikiran dan perasaan, itu baru benar dia nonton bola sambil
ibadah. Tapi TETAP TIDAK BISA DISAMAKAN DENGAN IBADAH SALAT SEBAB HANYA MEMENUHI 1 DARI 3 RUKUN UTAMA SALAT.
Tiga rukun utama dalam salat:
- Rukun fi'li: gerakan tubuh;
- Rukun qauli: kefasihan bacaan lisan,
- Rukun qalbi: penghadapan hati ke hadirat Ilahi Rabbi
Ketiga rukun ini wajib serempak, satu paket, tidak bisa dipisahkan. Itulah namanya salat sebagai peng-ESA-an. Sebab gerak-ucap-dan hati seirama: ESA pada Tuhannya.
Uraian bpk di atas,
bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai`un (tidak sama dengan segala sesuatu/ciptaan) sehingga
mengingat Allah itu dengan mendiamkan pikiran dan perasaan, itu dalam shalat masuk ke dalam rukun ke-3: rukun qalbi.
Jadi, ketika seseorang itu nonton bola sambil memasang rukun qalbi salat, itu benar nonton bola sambil ibadah. Itulah amanah dalil "Salat itu mencegah kemunkaran" (Q.S.al‘Ankabut:45) karena rukun qalbinya dipakai di dalam dan di luar salat.
(Kalau di dalam salat aja manusia tidak paham cara memasang rukun qalbi, bagaimana lagi di luar salat? Itu sebabnya banyak orang rajin salat, korupsinya juga makin giat )
Tapi nonton bolanya itu TETAP TIDAK BISA DISAMAKAN DENGAN IBADAH SALAT SEBAB HANYA MEMENUHI 1 DARI 3 RUKUN UTAMA SALAT Sebab salat yang dimaksud dalam syariat itu sudah ditentukan waktu-waktunya.
"Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Q.S.an-Nisa’:103)
JANGAN SALAH MENEMPATKAN PEMAKAIAN RUKUN QALBI DI LUAR SALAT
Ucapan Abang teman Nurhasanah tadi menjurus pada kesesatan. Apa sebab?
Sebab kalau mentang-mentang sudah paham cara memasang rukun qalbi dalam salat, lalu di luar salat dia seenaknya bilang NONTON BOLA = SALAT, apa bedanya kita dengan kaum kebatinan yang cukup eling, lalu sudah merasa menyembah Tuhan??
Lihat diam berhala-nya kalangan di luar Islam seperti tapa, meditasi, semedi.. Itu semua baru amalan ruhani, nah..amalan jasmaninya mana??
Nyaman betul ruhani ibadah, sambil jasmani ditelantarkan tapa tanpa makan-minum. Zalim pada diri sendiri namanya.
Pak Adam yang Nurhasanah kenal 'kan secara lahir-batin.
Kalau Nurhasanah kenal bapak cuman batinnya, emangnya bapak hantu..wkwkwkw.
Kalau Nurhasanah kenal Pak Adam hanya jasadnya, emangnya bapak sama dengan tunggul pohon mati?
Inilah bukti kesempurnaan Islam, ibadah dalam Islam tidak pernah menceraikan jasmani dan ruhani. IBADAH DI ISLAM JUGA TIDAK MENYIKSA JASAD (ada puasa, ada buka, rentang waktu puasanya pun realistis)
Kembali ke topik, intinya kalau ada orang yang mentang2 udah bisa memakai rukun qalbi di luar salat lalu dia membunuh syariat, maka keislaman orang itu baru setingkat kaum kebatinan. tentu masih tertolak, kecuali Allah berkehendak memaklumi dan mengampuni.
Allahua'lam.
mengenal Allah itu cukup dengan mengenal ke-laysakamitslihi syaiun-an-Nya.
Supaya makin mantap dan gakkan ketipu dengan yang terpandang2 dan terasa-rasa. Ketahui bahwa wujud sekalian makhluk itu atau wujud muhaddas ini terdiri atas empat:
- Jirim Sesuatu yang berbentuk: dapat dlihat dan diraba dengan pancaindera. Seperti diri manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda lainnya.
- Jisim Sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba dengan pancaindera, Seperti angin, bebauan, iblis, jin, setan <= jisim latif
- Jawhar Sesuatu yang berbentuk cahaya-cahaya. Malaikat termasuk golongan ini.
- 'Arad Sekalian sifat-sifat makhluk (baharu), seperti tinggi, rendah, putih, legam, keras, lunak, kasar, dsb.
NAH, YAKINKAN ALLAH ITU TIDAK SAMA DENGAN KE-4 DI ATAS ITU.
Itulah yang disebut kita kenal Tuhan.
SETELAH MENGENAL, BAGAIMANA MENGAMALKANNYA?
Mengamalkan kenal ke-laysakamitslihisyaiun-an Allah itu bagaimana, dengan diam-hakiki di dalam dan di luar ibadah sebgaimana bpak urai di atas ya.
contoh pelaksanaan hadis:
“Beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, walaupun kamu tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.”
simpelnya:
kalau salat, pandanglah Allah itu, kalau belum sanggup, yakinkan Allah mandang kamu.
Kalau memandang makhluk, Nurhasanah bisa bayangkan bentuk-rupanya. Kalau memandang Allah, apa-Nya yang dipandang?
Ke-kaysakamitslihisyaiun-an-Nya yang dipandang.
Ketidaksamaan-Nya dengan makhluklah yang dipandang.
Kalau dibayang-bayangkan Allah itu bgini-begitu, pasti salah.
Sudah yakinkan aja Allah tidak sama dengan segala yang terpikir, terpandang, terasa, dll. Mudah 'kan?!
Bagaimana memandang Yang Laysakamitslihi syaiun itu?
Diamkan pikiran dan perasaan. <===kalau sudah terbiasa melakukan ini dalam salat. Yakinlah kamu sudah mengamalkan sabda Rasulullah Saw. di atas itu,. apalagi mesti diragukan?!
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbutan kalian.” (H.R. Muslim)
Kalau ketika salat, hati kita masih ada sesuatu..masih ada makhluk..mana mau Allah memandang ke hati kita. Mana ada artinya salat kita?
Jadi, yang disebut dalam hadis, "Qalbun mu'min baitullah", 'hati seorang mukmin itu rumah Allah itu tentu yang tidak ada sesuatu lagi di hatinya. Allah saja yang ADA di hatinya.
Jadi, salat khusyuk itu:
Badan bergerak, mulut mengucap, hati (pikiran dan perasaan) diam sediam-diamnya: kekal beserta Allah.
Inti keyakinan dalam Islam itu, tiada keraguan (al-Baqarah:2)
N :Insyaallah... Pak
end.... Dari Sebuah Percakapan
Comments
Post a Comment