Riwayat Imam Ali bin Abu Thalib ra.
Assalamualaikum Warohmatullahi Wa Barokatuhu
Ada banyak hal yang mungkin kita belum ketahui tentang diri Salah satu Sahabat nabi saw. sekaligus sebagai menantu Beliau saw. yakni Imam Ali bin Abu Thalib. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang riwayat dari Imam Ali bin Abu Thalib ra. Pada Tulisan sebelumnya saya juga pernah berbagi tentang beberapa nasihat Dari Imam Ali, bagi yang belum membaca silahkan baca dulu Beberapa Nasihat dari Imam Ali
Sayyidina Al-Imam Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhah adalah sahabat yang sangat beruntung karena sejak kecil dididik Rasulullah SAW. Dari kalangan muda, beliaulah yang yang pertama masuk islam. Begitu beliau dewasa, Rasulullah SAW mengambilnya sebagai menantu.
Rasulullah SAW menikahkan Sayyidatuna Fatimah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib pada bulan Rajab, beberapa bulan setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun keduanya tidak langsung berkumpul layaknya pasangan suami istri. Karena saat itu, Rasulullah SAW masih menetap di rumah Abu Ayub Al-Anshari, di Madinah. Sementara beliau sendiri masih menyelesaikan pembangunan rumahnya di sekitar Masjid Nabawi.
Baru setelah rumah itu berdiri, bertepatan dengan selesainya perang Badar, Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali berkumpul. Yaitu pada tahun kedua setelah Hijrah. Ketika Rasulullah SAW bermaksud pulang setelah mengantar putri tersayangnya ke rumah Sayyidina Ali; Sayyidatuna Fatimah menangis karena sedih bakal berpisah dengan bapaknya.
Sebelum menikah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib; dua orang sahabat Nabi SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khaththab, telah meminta kepada Nabi SAW agar mengangkatnya sebagai menantu. Tapi Nabi SAW menolaknya, dengan alasan Sayyidatuna Fatimah masih terlalu kecil dan menunggu petunjuk dari Allah SWT.
Seusai pernikahan, Sayyidina Ali menyerahkan uang empat ratus dirham kepada Rasulullah SAW. Sepertiga dari jumlah itu beliau serahkan untuk membeli wewangian. Sepertiga lainnya digunakan membeli pakaian. Sedang sisanya di serahkan pada Ummu Salamah untuk disimpan.
Sepertiga uang yang dibelanjakan ternyata hanya cukup untuk membeli barang-barang sederhana. Seluruh barang yang didapat terbuat dari bahan kain kasar, kulit, kayu dan tembikar. Bahkan Rasulullah SAW sempat menangis melihat peralatan pernikahan putri yang dicintainya sangat sederhana.
Rasulullah pernah bersabda kepada Sayyidatuna Fatimah pada waktu beliau dinikahkan dengan Sayyidina Ali Kw :
“Kamu Kunikahkan dengan Ahli Baitku yang paling Kucintai.” (HR.Thabrani, Hakim, Nasa’i dan Ahmad)
Sayyidina Ali adalah anak Abdu Manaf, yang lebih dikenal dengan sebutan “Abu Thalib” ( ayah Thalib ). Thalib adalah anak tertua Abdu Manaf. Berbeda dengan kebiasaan petinggi kaum Quraisy lainnya, Abu Thalib memiliki kebiasaan khusus, yaitu berpantang meminum minuman keras.
Ibunda Sayyidina Ali adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim. Ia tercatat sebagai wanita pertama dari Bani Hasyim yang menikah dengan pria dari Bani Hasyim pula. Sebelum itu telah menjadi kebiasaan bagi pria Bani Hasyim menikah dengan wanita Quraisy lain yang bukan Bani Hasyim.
Rasulullah SAW mendidik dan membina Sayyidina Ali sedari kecil. Hal itu dilakukannya dengan ikhlas, karena sadar betapa Abdu Manaf dan keluarganya telah melindungi dan menolong Rasulullah SAW sejak kecil sampai dewasa.
Sayyidina Ali memiliki nama selain pemberian ayahnya. Dari ibunya, beliau memiliki nama Haidarah (singa). Sayyidina Ali juga kerap dipanggil Abul Hasan dan Abul Husein.
Setelah selesai perang Asyirah di daerah Yanbu’, Sayyidina Ali beserta salah seorang sahabat yang lain tertidur di bawah pohon kurma yang rindang tanpa alas apapun. Hingga keduanya dibangunkan Rasulullah SAW dalam keadaan punggungnya berlumuran debu. Ketika melihat punggung Sayyidina Ali penuh debu, Rasulullah SAW berujar :
“ Hai Abu Turab mengapa engkau tidur di tempat ini ?
Rasullah SAW memberikan nama panggilan kepadanya “Abu Turab”(bapak debu, yang bermakna “Orang yang sangat rendah hati”.
Selain Abdul Muthalib dan Abu Thalib, Sayyidina Ali pun ikut membantu dan melindungi Rasulullah SAW dalam melaksanakan dakwah. Hal ini dilakukan Sayyidina sejak beliau masih kanak-kanak. Suatu ketika kaum Quraisy mengalami kebuntuan dalam mengganggu dakwah Rasulullah. Tanpa berputus asa, kaum Quraisy kemudian menghasut anak-anak untuk melempari batu ke arah nabi SAW.
Paman Rasulullah SAW, Abu Thalib tidak mungkin melawan anak-anak kaum Quraisy tesebut. Maka ketika Abdu Manaf mengkhawatirkan keselamatan Nabi SAW, tampillah Sayyidina Ali yang kala itu masih kanak-kanak melawan mereka. Beliau menggigit wajah dan kuping anak-anak kaum Quraisy yang coba mengganggu Nabi SAW. Karena kebiasaan itulah, beliau mendapat julukan Al-Qadhim ( tukang gigit ) dari kalangan penduduk Mekah.
Sayyidina Ali adalah laki-laki pertama yang masuk islam setelah Rasulullah SAW sendiri. Dalam hal ini An-Nasai dalam kitab Al-Khasha’ishah mengemukakan sebuah riwayat berasal dari Afif Al-Kindi yang menyaksikan sebuah “keanehan”. Suatu hari pada zaman Jahiliyah, ia datang ke Mekah untuk membeli pakaian dan wewangian. Saat singgah di rumah Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib, ia melihat keanehan itu dekat Ka’bah. Lalu ia bertanya kepada Sayyidina Abbas :
“Adakah kau melihat satu keanehan disana?”
Sayyidina Abbas menjawab :
“Soal aneh, tahukah kamu siapakah anak muda itu?”
Setelah Sayyidina Abbas mengatakan adanya agama baru, ia melanjutkan kalimatnya.
“Kemenakanku ( Muhammad SAW ) memberitahu kepadaku bahwa tuhannya adalah Tuhan penguasa langit dan bumi. Dan ia diperintahkan oleh Tuhannya untuk membawakan agama yang dianutnya itu. Demi Allah, tidak ada seorang pun di muka bumi yang menganut agama itu selain mereka bertiga, yaitu Rasulullah SAW, istri beliau ( Khadijah binti Khuwalid ) dan Ali bin Abu Thalib.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika Sayyidina Ali menyatakan dirinya memeluk islam, usianya kala itu baru sepuluh tahun.
Sayyidina Ali bin Abu Thalib Kw adalah seorang Alim yang cerdas, Ahli Fiqih, panglima yang bijaksana, yang kealimannya tidak pernah rusak oleh kekuasaan, yang keputusannya tidak pernah menyimpang demi kepuasan para pengikutnya, Imam yang Wara’, cendikiawan yang berotak cemerlang, Qadhi yang jenius, Amirul Mu’minin, salah seorang ksatria yang diperhitungkan, seorang Orator berbahasa fasih dan seorang ahli Zuhud yang di agungkan.
Beliau tidak pernah menundukkan diri kepada berhala selama hidupnya; orang yang pertama kali masuk islam dari kalangan pemuda serta orang pertama kali melakukan shalat di belakang Rasulullah saw.
Beliau adalah pembawa bendera Rasulullah saw dalam sebagian besar peperangan beliau, mengikuti semua peperangan selain perang Tabuk, karena ketika itu beliau diangkat sebagai pengganti oleh Rasulullah saw. Beliau berhati mulia di dalam perdamaian dan mulia dalam pertempuran. Di antara kemulian yang Allah swt limpahkan kepada dirinya adalah bahwa mata beliau tidak pernah memandang aurat sama sekali.
Beliau adalah Kholifah ke empat diantara Khulafaur Rasyidin, termasuk diantara sepuluh orang yang telah memperoleh kabar gembira akan masuk Syurga.
Beliau menyadari kemuliaan ini, seraya berkata :
“Kamu sekalian mengetahui posisi saya disisi Rasulullah saw dengan hubungan kerabat yang sangat dekat dan kedudukan istimewa. Beliau meletakkan saya ke dalam pangkuan beliau; sedangkan saya adalah seorang anak kecil yang beliau dekap didadanya. Beliau menempatkan saya di tempat tidur beliau. Beliau merekatkan saya dengan tubuh beliau, mengharumkan saya dengan keringat beliau. Beliau tidak pernah menjumpai kedustaan dalam ucapan saya dan kesalahan dalam perbuatan saya. Saya selalu mengikuti beliau seperti halnya anak sapi yang disapih yang selalu ikut serta dibelakang ibunya. Beliau setiap hari memperlihatkan sifat-sifat beliau kepada saya sebagai pendidik dan beliau menyuruh saya agar selalu mengikuti ajaran beliau.”
Rasulullah pernah bersabda tentang Sayyidina Ali Kw, ketika berada di mata air Ghadir Khum :
“Barang siapa mengakui bahwa saya adalah junjungannya, maka Ali adalah junjungannya juga. Ya Allah sertailah orang yang menyertai Ali dan musuhilah orang yang memusuhi Ali”
( HR.Turmuzi, Hakim, Nasai, Ahmad, Bazzar, Thabrani Abu Ya’la )
Rasulullah saw pernah memberitahu kepada Sayyidina Ali bahwa sesungguhnya tidak akan mencintai Ali kecuali orang Mu’min dan tidak akan membencinya kecuali orang munafik
Diriwayatkan dari Zir bin Hubaisy, bahwa ia berkata : Saya pernah mendengar Sayyidina Ali Kw berkata:
“Demi zat yang telah menumbuhkan biji-bijian dan yang telah menciptakan makhluk hidup, sesungguhnya adalah jaminan seorang Nabi yang Ummi kepada saya bahwasanya tidak akan mencintai saya kecuali orang mu’min dan tidak akan membenci saya kecuali orang munafik.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Nasa’i dll )
Ketika turun ayat Muhabalah :
“Maka katakanlah ( Wahai Muhammad ) : Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu….
( QS.Ali Imran :61 )
Maka Rasulullah saw mengumpulkan Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein dan beliau bersabda :
“Ya Allah mereka inilah keluargaku.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Hakim, dll ).
Berlanjut ke Beberapa Kelebihan yang di miliki oleh Imam Ali.
Sekian, semoga tulisan ini bisa bermanfaat.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wa Barokatuhu
Ada banyak hal yang mungkin kita belum ketahui tentang diri Salah satu Sahabat nabi saw. sekaligus sebagai menantu Beliau saw. yakni Imam Ali bin Abu Thalib. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang riwayat dari Imam Ali bin Abu Thalib ra. Pada Tulisan sebelumnya saya juga pernah berbagi tentang beberapa nasihat Dari Imam Ali, bagi yang belum membaca silahkan baca dulu Beberapa Nasihat dari Imam Ali
Imam Ahmad bin Hanbal, Ismail Al Qadli, An Nasa’i :
“Tidak ada hadits yang menerangkan tentang diri salah seorang dari sahabat dengan sanad-sanad yang bagus sebanyak hadits yang menerangkan tentang Ali ra"
Sayyidina Al-Imam Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhah adalah sahabat yang sangat beruntung karena sejak kecil dididik Rasulullah SAW. Dari kalangan muda, beliaulah yang yang pertama masuk islam. Begitu beliau dewasa, Rasulullah SAW mengambilnya sebagai menantu.
Rasulullah SAW menikahkan Sayyidatuna Fatimah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib pada bulan Rajab, beberapa bulan setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun keduanya tidak langsung berkumpul layaknya pasangan suami istri. Karena saat itu, Rasulullah SAW masih menetap di rumah Abu Ayub Al-Anshari, di Madinah. Sementara beliau sendiri masih menyelesaikan pembangunan rumahnya di sekitar Masjid Nabawi.
Baru setelah rumah itu berdiri, bertepatan dengan selesainya perang Badar, Sayyidatuna Fatimah dan Sayyidina Ali berkumpul. Yaitu pada tahun kedua setelah Hijrah. Ketika Rasulullah SAW bermaksud pulang setelah mengantar putri tersayangnya ke rumah Sayyidina Ali; Sayyidatuna Fatimah menangis karena sedih bakal berpisah dengan bapaknya.
Sebelum menikah dengan Sayyidina Ali bin Abu Thalib; dua orang sahabat Nabi SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Sayyidina Umar bin Khaththab, telah meminta kepada Nabi SAW agar mengangkatnya sebagai menantu. Tapi Nabi SAW menolaknya, dengan alasan Sayyidatuna Fatimah masih terlalu kecil dan menunggu petunjuk dari Allah SWT.
Seusai pernikahan, Sayyidina Ali menyerahkan uang empat ratus dirham kepada Rasulullah SAW. Sepertiga dari jumlah itu beliau serahkan untuk membeli wewangian. Sepertiga lainnya digunakan membeli pakaian. Sedang sisanya di serahkan pada Ummu Salamah untuk disimpan.
Sepertiga uang yang dibelanjakan ternyata hanya cukup untuk membeli barang-barang sederhana. Seluruh barang yang didapat terbuat dari bahan kain kasar, kulit, kayu dan tembikar. Bahkan Rasulullah SAW sempat menangis melihat peralatan pernikahan putri yang dicintainya sangat sederhana.
Rasulullah pernah bersabda kepada Sayyidatuna Fatimah pada waktu beliau dinikahkan dengan Sayyidina Ali Kw :
“Kamu Kunikahkan dengan Ahli Baitku yang paling Kucintai.” (HR.Thabrani, Hakim, Nasa’i dan Ahmad)
Sayyidina Ali adalah anak Abdu Manaf, yang lebih dikenal dengan sebutan “Abu Thalib” ( ayah Thalib ). Thalib adalah anak tertua Abdu Manaf. Berbeda dengan kebiasaan petinggi kaum Quraisy lainnya, Abu Thalib memiliki kebiasaan khusus, yaitu berpantang meminum minuman keras.
Ibunda Sayyidina Ali adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim. Ia tercatat sebagai wanita pertama dari Bani Hasyim yang menikah dengan pria dari Bani Hasyim pula. Sebelum itu telah menjadi kebiasaan bagi pria Bani Hasyim menikah dengan wanita Quraisy lain yang bukan Bani Hasyim.
Rasulullah SAW mendidik dan membina Sayyidina Ali sedari kecil. Hal itu dilakukannya dengan ikhlas, karena sadar betapa Abdu Manaf dan keluarganya telah melindungi dan menolong Rasulullah SAW sejak kecil sampai dewasa.
Sayyidina Ali memiliki nama selain pemberian ayahnya. Dari ibunya, beliau memiliki nama Haidarah (singa). Sayyidina Ali juga kerap dipanggil Abul Hasan dan Abul Husein.
Setelah selesai perang Asyirah di daerah Yanbu’, Sayyidina Ali beserta salah seorang sahabat yang lain tertidur di bawah pohon kurma yang rindang tanpa alas apapun. Hingga keduanya dibangunkan Rasulullah SAW dalam keadaan punggungnya berlumuran debu. Ketika melihat punggung Sayyidina Ali penuh debu, Rasulullah SAW berujar :
“ Hai Abu Turab mengapa engkau tidur di tempat ini ?
Rasullah SAW memberikan nama panggilan kepadanya “Abu Turab”(bapak debu, yang bermakna “Orang yang sangat rendah hati”.
Selain Abdul Muthalib dan Abu Thalib, Sayyidina Ali pun ikut membantu dan melindungi Rasulullah SAW dalam melaksanakan dakwah. Hal ini dilakukan Sayyidina sejak beliau masih kanak-kanak. Suatu ketika kaum Quraisy mengalami kebuntuan dalam mengganggu dakwah Rasulullah. Tanpa berputus asa, kaum Quraisy kemudian menghasut anak-anak untuk melempari batu ke arah nabi SAW.
Paman Rasulullah SAW, Abu Thalib tidak mungkin melawan anak-anak kaum Quraisy tesebut. Maka ketika Abdu Manaf mengkhawatirkan keselamatan Nabi SAW, tampillah Sayyidina Ali yang kala itu masih kanak-kanak melawan mereka. Beliau menggigit wajah dan kuping anak-anak kaum Quraisy yang coba mengganggu Nabi SAW. Karena kebiasaan itulah, beliau mendapat julukan Al-Qadhim ( tukang gigit ) dari kalangan penduduk Mekah.
Sayyidina Ali adalah laki-laki pertama yang masuk islam setelah Rasulullah SAW sendiri. Dalam hal ini An-Nasai dalam kitab Al-Khasha’ishah mengemukakan sebuah riwayat berasal dari Afif Al-Kindi yang menyaksikan sebuah “keanehan”. Suatu hari pada zaman Jahiliyah, ia datang ke Mekah untuk membeli pakaian dan wewangian. Saat singgah di rumah Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib, ia melihat keanehan itu dekat Ka’bah. Lalu ia bertanya kepada Sayyidina Abbas :
“Adakah kau melihat satu keanehan disana?”
Sayyidina Abbas menjawab :
“Soal aneh, tahukah kamu siapakah anak muda itu?”
Setelah Sayyidina Abbas mengatakan adanya agama baru, ia melanjutkan kalimatnya.
“Kemenakanku ( Muhammad SAW ) memberitahu kepadaku bahwa tuhannya adalah Tuhan penguasa langit dan bumi. Dan ia diperintahkan oleh Tuhannya untuk membawakan agama yang dianutnya itu. Demi Allah, tidak ada seorang pun di muka bumi yang menganut agama itu selain mereka bertiga, yaitu Rasulullah SAW, istri beliau ( Khadijah binti Khuwalid ) dan Ali bin Abu Thalib.”
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa ketika Sayyidina Ali menyatakan dirinya memeluk islam, usianya kala itu baru sepuluh tahun.
Sayyidina Ali bin Abu Thalib Kw adalah seorang Alim yang cerdas, Ahli Fiqih, panglima yang bijaksana, yang kealimannya tidak pernah rusak oleh kekuasaan, yang keputusannya tidak pernah menyimpang demi kepuasan para pengikutnya, Imam yang Wara’, cendikiawan yang berotak cemerlang, Qadhi yang jenius, Amirul Mu’minin, salah seorang ksatria yang diperhitungkan, seorang Orator berbahasa fasih dan seorang ahli Zuhud yang di agungkan.
Beliau tidak pernah menundukkan diri kepada berhala selama hidupnya; orang yang pertama kali masuk islam dari kalangan pemuda serta orang pertama kali melakukan shalat di belakang Rasulullah saw.
Beliau adalah pembawa bendera Rasulullah saw dalam sebagian besar peperangan beliau, mengikuti semua peperangan selain perang Tabuk, karena ketika itu beliau diangkat sebagai pengganti oleh Rasulullah saw. Beliau berhati mulia di dalam perdamaian dan mulia dalam pertempuran. Di antara kemulian yang Allah swt limpahkan kepada dirinya adalah bahwa mata beliau tidak pernah memandang aurat sama sekali.
Beliau adalah Kholifah ke empat diantara Khulafaur Rasyidin, termasuk diantara sepuluh orang yang telah memperoleh kabar gembira akan masuk Syurga.
Beliau menyadari kemuliaan ini, seraya berkata :
“Kamu sekalian mengetahui posisi saya disisi Rasulullah saw dengan hubungan kerabat yang sangat dekat dan kedudukan istimewa. Beliau meletakkan saya ke dalam pangkuan beliau; sedangkan saya adalah seorang anak kecil yang beliau dekap didadanya. Beliau menempatkan saya di tempat tidur beliau. Beliau merekatkan saya dengan tubuh beliau, mengharumkan saya dengan keringat beliau. Beliau tidak pernah menjumpai kedustaan dalam ucapan saya dan kesalahan dalam perbuatan saya. Saya selalu mengikuti beliau seperti halnya anak sapi yang disapih yang selalu ikut serta dibelakang ibunya. Beliau setiap hari memperlihatkan sifat-sifat beliau kepada saya sebagai pendidik dan beliau menyuruh saya agar selalu mengikuti ajaran beliau.”
Rasulullah pernah bersabda tentang Sayyidina Ali Kw, ketika berada di mata air Ghadir Khum :
“Barang siapa mengakui bahwa saya adalah junjungannya, maka Ali adalah junjungannya juga. Ya Allah sertailah orang yang menyertai Ali dan musuhilah orang yang memusuhi Ali”
( HR.Turmuzi, Hakim, Nasai, Ahmad, Bazzar, Thabrani Abu Ya’la )
Rasulullah saw pernah memberitahu kepada Sayyidina Ali bahwa sesungguhnya tidak akan mencintai Ali kecuali orang Mu’min dan tidak akan membencinya kecuali orang munafik
Diriwayatkan dari Zir bin Hubaisy, bahwa ia berkata : Saya pernah mendengar Sayyidina Ali Kw berkata:
“Demi zat yang telah menumbuhkan biji-bijian dan yang telah menciptakan makhluk hidup, sesungguhnya adalah jaminan seorang Nabi yang Ummi kepada saya bahwasanya tidak akan mencintai saya kecuali orang mu’min dan tidak akan membenci saya kecuali orang munafik.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Nasa’i dll )
Ketika turun ayat Muhabalah :
“Maka katakanlah ( Wahai Muhammad ) : Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu….
( QS.Ali Imran :61 )
Maka Rasulullah saw mengumpulkan Sayyidina Ali, Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein dan beliau bersabda :
“Ya Allah mereka inilah keluargaku.”
( HR.Muslim, Turmuzi, Hakim, dll ).
Berlanjut ke Beberapa Kelebihan yang di miliki oleh Imam Ali.
Sekian, semoga tulisan ini bisa bermanfaat.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wa Barokatuhu
numpang lewat :D
ReplyDelete